Ujung Kulon, Touring impian menjelajahi separuh provinsi Banten

UK3

Ga pernah terpikir kalo impian sejak dulu untuk ngelilingi Banten akhirnya terwujud pas libur panjang kemaren.

Berbekal si Biru Vario plus Givi E 35 yang mondar-mandir bongkar pasang antara Vario dan Supra X 125, akhirnya tanggal 20 – 21 Maret 2008 lalu tercapai semua impian touring keliling provinsi Banten, dan terasa puas karena touring kali ini merupakan touring terbaik yang pernah dijalani, walaupun bukan merupakan touring terjauh, perjalanan yang tidak bisa diungkapkan dengan sekedar review.

Ini merupakan touring komplit, dari mulai melewati pegunungan, perbukitan, persawahan, sungai, hutan, sampai pantai, dari mulai kota besar dengan fasillitas SPBU terlengkap sampai desa kecil yang hanya menyediakan bensin dengan dirigen/botol minuman, dari mulai kondisi jalan dengan 4 ruas/jalur sampai kondisi jalan yang hanya lebarnya 1 meter kurang, dari mulai jalan mulus sampai jalan berbatu dan berlubang, dari mulai perjalanan matahari terbit sampai perjalanan matahari terbenam, pokoknya touring terlengkap dan terbaik yang pernah dijalani.

Setelah 2 minggu sebelumnya touring ke Guci – Tegal bareng Honda Supra X 125, maka touring kali giliran si Biru Vario lah yang bertugas mengawal jiwa petualang menuju ujung barat Pulau Jawa, Ujung Kulon. Perjalanan kali ini begitu berbeda seperti perjalanan touring-touring sebelumnya, dan inilah kesempatan untuk “compare” kehebatan Vario dengan motor-motor dengan berbagai tipe dan merek. Perjalanan ini pun atas undangan touring dari Bro Kemal (HVC Depok) dan rekan-rekan Cooper Bikers (bikers dari kalangan karyawan PT. Freeport Jakarta), yang mempunyai motto “No Ride No Glory”, motto yang cukup simple tapi cukup melukiskan betapa puasnya mereka bila melakukan perjalanan touring dengan roda dua, puas seperti sebuah kemenangan.

Ada 11 peserta touring dan satu “boncenger” yang masing-masing terdiri dari 4 motor Vario dari HVC Depok (Boy, Andri, Aming dan si Biru) + Om Kemal, 1 Supra X 125 PGM-FI, Vega, Pulsar, Scorpio, Sky Wave dan Satria FU-150. Secara akselerasi baik dij alan datar maupun tanjakan Vario cukup mumpuni, apalagi di kondisi jalan yang menanjak, power Vario cukup mumpuni melibas motor-motor bergigi, kecuali Sky Wave, meluncur kencang tanpa hambatan dengan cc 125-nya. Satu kelemahan Vario adalah konsumsi bahan bakar yang selalu menurun drastis dibanding motor-motor lainnya, ini dikarenakan kapasitas tangki bahan bakar vario yang relatif paling kecil dibanding lainnya.

Berikut review lengkap perjalanan.

Depok – Ujung Kulon (keberangkatan)

Kamis, 20 Maret 2008, tepat pukul 08.00 dari pitstop keberangkatan Wong Solo Margonda Depok, keberangkatan dimulai, KM menunjukan angka 0 KM, dengan indikator bensin “FULL” diisi pertamax 2,8 (+ Rp 23.500)

Parung – Ciampea – Leuwiliang – Cigudeg – Jasinga (Pitstop 1)

Di Pitstop 1 indikator KM telah menunjukkan angka 73 KM, dan waktu menunjukkan pukul 10.40 pagi, berarti rombongan telah melakukan perjalanan selama 2 jam 40 menit, setelah sempat mampir sebentar di Cigudeg akibat ngga tahan lihat pemandangan pegunungan yang ajib, sayang kalau dilewatkan untuk sesi photo-photo. Di Pitstop 1 (Jasinga), Blue Vario terpaksa harus minum premium sebanyak 2,2 liter (+ Rp 10.000).

Jasinga (Pitstop 1) – Cipanas – Rangkas Bitung – Jl. Raya Rangkas Bitung Pandeglang (Pitstop 2)

Perjalanan masih disuguhi dengan pemandangan yang menakjubkan, kondisi jalan pun mulus. Sempat beberapa kali berhenti hanya untuk photo-photo, sampai akhirnya perjalanan dihentikan untuk makan siang di wilayah antara Rangkas Bitung dan Pandeglang (Jl Ry Rangkas – Pandeglang). Di pitstop ini jam menunjukkan pukul 13.00 tepat, sedangkan KM jatuh diangka 151. Tepat pukul 14.30, setelah selesai isoma, rombongan diberangkatkan kembali menuju pitstop Terakhir.

Rangkas Bitung – Pandeglang – Labuan – Cibaliung – Cimanggu – Sumur (Pitstop akhir)

Dari pitstop 2, Vario sempat kembali minum premium sebanyak 2 liter (+ Rp 9.000) di daerah Jl. Raya Cibaliung Panimbang, indikator menunjukkan angka tepat 200 KM dan jam menunjukkan pukul 16.15. Dari Labuan rombongan masih disuguhkan dengan pemandangan bukit yang menakjubkan dan melewati hutan-hutan tropis yang cukup rimbun, namun kondisi jalan sedikit rusak di beberapa titik, tapi secara keseluruhan kondisi jalan relatif terbilang baik. Rombongan tiba di pitstop terakhir (Sumur) pada pukul 18.15, hanya sesaat disuguhkan dengan sunset. KM menunjukkan angka 254. Ini berarti touring telah menempuh 254 kilometer dari mulai pitstop pertama sampai pitstop terakhir dengan waktu tempuh + istirahat selama 10 jam 15 menit. Secara keseluruhan perjalanan keberangkatan sangat mengasikkan dan santai dengan disuguhi pemandangan yang menakjubkan sepanjang jalan dari mulai pemandangan pegunungan/bukit sampai indahnya pantai di sore hari.

Sekilas mengenai Kampung Sumur

Sebuah perkampungan yang sebagian penduduknya adalah nelayan, tepat di pesisir pantai, kita dapat menyaksikan pemandangan pulau Umang, sebuah pulau lengkap dengan penginapan dan obyek wisata laut. Sumur merupakan perjalan akhir bagi mereka yang ingin ke Ujung Kulon dengan roda 4, bila menggunakan roda 2 sebenarnya masih bisa hingga mencapai titik akhir di kecamatan Taman Jaya, yang merupakan pintu masuk Taman Nasional, namun kondisi jalan sangat tidak mendukung, wisatawan biasanya bila ingin wisata ke Ujung Kulon, Pulau Peucang atau pulau Panaitan dapat melalui Sumur atau Taman Jaya dengan menggunakan kapal motor, tidak bisa melewati jalur darat. Di Sumur sendiri tidak terdapat banyak penginapan, dan khusus para bikers ada penginapan Rhino dengan nuansa pondokan satu rumah dengan beberapa kamar tepat di seberang pulau Umang. Untuk makanpun di wilayah Sumur banyak terdapat cafeteria yang menyediakan makanan-makanan pada umumnya dengan harga yang relatif murah. Di cafeteria-cafetaria ini kita bisa memesan makanan-makanan spesial laut seperti sea food, atau ikan-ikan bakar dlsb.

Sumur – Depok (perjalanan pulang)

Jum’at, 21 Maret 2008

Setelah menghabiskan malam di daerah Sumur, akhirnya perjalanan touring dilanjutkan menuju Malingping, Pelabuhan Ratu dan berakhir di Depok. Seru, mengesankan dan banyak pengalaman didapat dari perjalanan pulang menyusuri pantai selatan Banten ini. Pukul 10.30, setelah sarapan dan semua barang bawaan tertata rapih di box Givi, perjalanan pulang pun dilakukan. Agak terhentak dan seneng saat ketua rombongan mengisyaratkan bahwa rombongan akan mengambil jalur selatan. Asyik, inilah impian sejak dulu menembus selatan Banten melalui pesisir. KM kembali di-stel diangka 0 (nol).

Sumur – Cibaliung – Cikeusik – Binuanguen – Perempatan Malingping

Perjalanan dari Sumur menuju pitstop Malingping sepanjang jalan diguyur hujan, walaupun hanya rintik-rintik, tapi perjalanan sedikit terganggu, karena jalan menjadi licin dan berpasir. Dari Sumur perjalanan melewati areal hutan lindung, jalur bagus, meliuk-liuk di pedalaman hutan, jalan pun pada mulanya sangat mulus, namun memasuki Cikeusik perjalanan sedikit terganggu dengan jalan yang rusak dan berbatu.

Di Cikeusik waktu menunjukkan pukul 11.55, rombongan istirahat sementara untuk melaksanakan sholat jum’at. Di indikator menunjukkan angka 38 km, karena jauh dari pom bensin resmi, akhirnya si Biru melahap premium eceran sebanyak 2 liter (Rp 10.000,-).

Jam 12.54 perjalanan kembali dilanjutkan dan saat KM menunjukkan angka 75, di perempatan Malingpin rombongan istirahat sebentar untuk kembali merapatkan barisan (jam 13.40) dan lalu mampir ke pom bensin Malingping.

Perempatan Malingping – Pantai Cihara (Bayah)

Tepat pukul 14.00, rombongan kembali istirahat untuk makan siang di pinggir pantai cihara, pemandangan laut selatan cukup menakjubkan, sempet mandi di pantai dan makan siang. Indikator menunjukkan angka 83 KM. Dan pukul 16.30 perjalanan kembali dilanjutkan.

Bayah – Pelabuhan Ratu

Dari Bayah menuju ke Pelabuhan Ratu, perjalanan kembali disuguhkan dengan pemandangan perbukitan yang menakjubkan, walaupun di beberapa titik jalan terlihat rusak dan ada pelongsoran tanah yang menyebabkan roda 4 tidak bisa melewati daerah Cikotok – Telaga, karena lebar jalur hanya tersisa sekitar 1 meter saja. Di cikotok Vario terpaksa kembali melahap bensin eceran sebanyak 2 liter. Di daerah Telaga, Simpang ganesha rombongan istirahat 30 menit untuk sholat, waktu menunjukkan pukul 19.18 dan KM telah menunjuk ke angka 165 km. Pukul 19.50 perjalanan kembali dilanjutkan.

Pukul 20.14, sebelum memasuki Cikidang, rombongan kembali istirahat untuk makan malam dekat pom bensin di pelabuhan ratu, di pom ini Vario kembali dapat melahap Pertamax sebanyak 1,2 liter. KM menunjukkan angka 181 km. Setelah makan malam, pukul 21.15, perjalanan dilanjutkan kembali menuju Depok.

Pelabuhan Ratu – Cikidang – Cibadak – Cigombong – Istana Batu Tulis – Bogor

Dari pelabuhan Ratu rombongan melewati trek favorit buat touring, yaitu Cikidang keluar di Cibadak, jalan mulus, namun memasuki Jl Raya Cibadak menuju Ciawi, jalanan rusak parah, banyak lobang dimana-mana, untuk itu memasuki Cigombong rombongan mengambil jalur alternatif tembusan Istana Batu Tulis dan akhirnya tiba di pitstop Jl. Pajajaran Bogor pada pukul 23.30. KM menunjuk ke angka 256.

Bogor – Depok (Cibubur)

Dari Bogor melewati jalur jl. Raya Bogor sampai akhirnya tiba di rumah (Cibubur) pada pukul 00.57. Indikator menunjukkan angka 293.

3 Tanggapan

  1. waaahh… seru banget yach touring nya 🙂 hhmmm (set on Dreaming) 😀

  2. […] Posted by hsx046 under Perjalanan   Terispirasi oleh cerita perjalanan Om Herry (HSX 002) di sini, awal April 2008 yang lalu akhirnya kuputuskan ‘tuk mencoba menjejaki lagi jejak-jejak ban Si […]

  3. Salute!!!

    respect, bro……..

Tinggalkan komentar